Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Agustus, 2014

Lagi

IPK! Ya saya sedang gak suka dengan itu.Stop, jangan ngomongin IPK. Dua tahun lalu(mungkin) saya pernah memposting tulisan tentang pekerjaan. Saya tulis bahawa kebanyakan universitas sekarang menjanjikan suatu pekerjaan setelah lulus dari universitas tersebut atau semacamnya. Saya memang tidak suka dengan hal tersebut, tapi entah karena kemakan tulisan sendiri atau apa sekarang saya sedang memikirkan pekerjaan saya nanti ketika saya lulus. Mau jadi apa saya ketika lulus nanti? Pengennya sih ngelanjutin ke tingkat berikutnya, tapi biayanya. Beasiswa? (Telintas untuk memnghubungi salah seorang profesor di Jepang dan dapet surat rekomendsi, lulus kuliah langsung nikah kemudian bawa istri ke Jepang, tapi...)Mana ada yang mau ngasih saya beasiswa(IPK, saya benci mengatakan ini). Terlintas untuk bekerja sambil kuliah, tapi hal yang lumayan berat. Bekerja setelah lulus nanti? Pekerjaan apa yang bisa membuat saya melanjutkan kuliah! Tujuan pendidikan bukan untuk pekerjaan dan angka-ang...

Buku

The Alchemist, saya baru-baru ini lagi baca buku ini. Yup,. tentunya yang terjemahan inggris. Walaupun ada beberapa yang asing,  secara keseluruhan(ngga deh baru satu chapter dan beberapa halaman chapter dua) saya mengerti jalan ceritanya. Buku ini dikarang oleh Paulo Coelho yang cukup membuat saya terkejut adalah Paulo Coelho pernah masuk rumah sakit jiwa sebanyak tiga kali(dan menurut saya keren sekali). Sebenarnya saya pernah membaca potongan cerita ini di buku bahasa indonesia, dan yang paling sering saya temukan adalah bagian sipengembala dengan si penjual kristal, saya ingat percis ketika kemarin saya membaca bagian tersebut walaupun dalam bahasa yang berbeda, saya teringat ketika jaman SMA dulu. Saya ingat ketika teman saya mengatakan bahwa buku The Alchemist itu ceritanya bagus. Saya ingat ketika saya mengisi pertanyaan "Apa watak si pedagang kristal?". Saya juga ingat ketika saya mengatakan kepada teman saya bahwa saya tidak suka membaca. Waktu berlalu, dan sampai...

biang

Sekarang istilah susah senang kita bersama   banyak disalah artikan oleh orang-orang. Pada setiap opek-ospek pengertian yang salah tentang istilah tersebut, seperti: jika  ada salah seorang mahasiswa baru(maba) yang salah maka panitia/seniornya akan menyalahkan teman-teman maba tersebut padahal kesalahan tersebut murni kesalahan maba yang satu itu(sampai sekarang saya tidak setuju dengan ospek,). Hal ini berdampak pada perkuliahan mereka, seperti jika ada salah seorang diantara mereka tidak bisa mengerjakan soal pada saat ujian maka temannya yang duduk disebelahnya akan disalahkan; jika ada salah seorang diantara mereka mencuri (misal alat dari lab) maka yang harus mengganti rugi teman-teman seangkatannya, dan masih banyak contoh lainnya. Bila dilihat lebih jauh, dampak negatif dari hal tersebut dapat dilihat pada kasus-kasus korupsi. Jika ada seorang koruktor tertangkap maka koruptor itu akan tutup mulut meskipun temannya ada yang korupsi juga, atau jika seseorang mengetah...

Hal yg telah menjadi rutinitas, lama-kelamaan akan kehilangan maknanya

Ya, mungkin itu terjadi pada diri saya. Saya akui nilai saya suka pas-pasan dimulai SD sampai sekarang kuliah, sedih sih, tapi mungkin karena sudah terbiasa dengan nilai pas-pasan kesidihannya jadi tidak terlalu bermakna. Tapi saya juga tidak setuju dengan kata-kata itu. Pada dasrnya ketidak bermaknaan tersebut datang dari rasa putus asa dari kebosanan yang teraulang. Jadi intinya ketidak bermaknaan tersebut datang pada orang yang sedang putus asa. Misal ketika remed UAS mata kuliah kimia organik II kemarin, H-4 belajar, H-3 belajar, H-2 main, H-1 ngelamun dan pada saat remed lupa semuanya. Berbeda dengan UAS kimia organik I(meskipun hasilnya gak jauh beda). *menurut saya pas-pasan, tapi menurut orang lain jelek.