Langsung ke konten utama

Pintar

Bapak saya bilang kalo orang pintar adalah orang yang tau akan segala hal, tetapi kata dosen saya orang pintar itu tidak harus tau akan segala hal. Oke kita bahas kedua pernyataan tersebut.

Kepintaran muncul ketika seseorang menggunakan otaknya untuk melakukan(memcahkan masalah) sesuatu hal. Kita disekolahkan agar kita menggunakan otak kita, yang tujuannya agar kita tahu atau bisa melakukan sesuatu hal. Mungkin hal ini yang mau dikatakan bapak saya.

Kemampuan seseorang pada suatu hal akan berbeda dengan orang lainya, misal ada orang yang bisa berbahasa dengan baik tetapi tidak bisa berhitung dengan baik.Bukan bermaksud membatasi kemampuan seseorang, tapi akan lebih baik seseorang mengasah apa yang dia bisa. Mungkin ini apa yang mau dikatakan dosen saya.

Tetapi kita lihat pada kondisi sekeliling, pada keadaan pendidikan kita. Pada masa SD, SMP, SMA siswa dituntut untuk bisa dalam segala bidang, siswa dipaksa untuk lulus pada semua bidang pelajaran, apa bila  tidak lulus salahsatunya maka siswa dinyatakan tidak berhak melanjutkan ke jenjang berikutnya(tapi katanya sekarang sudah menggunakan persentase kelulusan, sehingga hasil ujian tidak lagi menjadi penentu utama kelulusan). Ketika lulus SMA, siswa dituntut untuk masuk universitas melalui serangkaian tes. Diana yang memiliki skor tertinggi memiliki peluang lebih besar untuk diterima oleh universiatas. Sehingga kebanyakan siswa mengambil jalan pintas dengan mengikuti seraangkaian les/tambahan kelas pada lembaga-lembaga tertentu, dan produknya adalah sekumpulan siswa dengan dengan skor. Ketika mereka masuk kuliah, universitas juga menuntut mereka untuk lulus disegala bidang yang ada pada jurursan mereka dan apabila tidak lulus maka akan terancam kena DO (DO apabila belum beres kuliah selama 5 atau 6 tahun). Sehingga mereka menjadi mahasiswa dengan IPK. Tersering kali mereka tidak mengetahui apa yang mereka pelajari, yang penting dapet nilai A, ketika praktikum saya sering mendapatkan teman saya melakukan sesuatu hanya terfokus pada modul atau intruksi.

Apabila dilihat dari contoh diatas tujuan pendidikan bangsa kita bukan untuk mempintarkan bangsa. Karena produk dari pendidikan kita jauh dari kata pintar yang dimaksud bapak saya ataupun dosen saya.

Saya adalah produk setengah jadi dari pendidikan kita.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bidadari Pagi -Sebuah Puisi di Film Jomblo-

Bidadari pagi Engkau bidadari pagi Engkau ratu dihari rabu Engkau adalah embun yang daun lahirkan dan menetes saat mentari bersemi Engkau adalah sepi yang datang diantara petir badai yang menderu Engkau adalah sejuk yang angin bawa di februari Engkau adalah sinar yang mentari lahirkan setelah hujan pergi Engkau adalah airmata yang tangis kubawa ketika membayangkan kita berdua Engkau adalah alasan mengapa duniaku ada

Pepatah Prabu Siliwangi

Kemarin siang, saya bertemu bapak-bapak besama anaknya. Singkat cerita sibapak sedang mengantar anaknya dan makan siang di tukang mie ayam disebelah gedung kuliah saya. Saya pun sedang duduk bersama teman-teman saya, saya main game di hp dan teman saya ngobrol dengan teman-teman yang lain.Tiba-tiba si bapak itu ngajak ngobrol, si bapak itu membuka topik tentang kerajaan padjadjaran. Singkat cerita karena teman-teman saya yang lain sedang ngobrol tentang hal lain dan belum selesai, mereka mulai mengabaikan si bapak tersebut tinggal saya yang ngeladenini si bapak tersebut. B = bapak-bapak S = saya B: Kalian tahu gak arti pepatah prabu siliwangi "Teang elmu ka manuk, guguru ka maung, diajar ka oray" (cari ilmu ke burung, berguru ke harimau, belajar ke ular)? S: Nggak pak B: Baru denger ya? Gini cep, ini teh perkataan prabu siliwangi, kalo acep ngerti makna dari perkataan ini inysaalloh acep bakal dipermudah dalam memahami pelajaran di kuliah acep. ........ Si bapak-...

Dewi Suryana

(Sedikit terlihat lebih berisi dibanding kemarin pas CFD(chemistry fun days)) Namanya Dewi Suryana, peraih medal perak pada IChO 2012. Salut lah... Salam. Pengantar Kertas.